Sunday, May 31, 2009

Biarkan Aku Menyandingmu Part 2 (end)

Kau tak akan selamanya sembunyi
Kau tak akan selamanya berlari
Sayapmu tak selamanya membawamu berkelana
Bidukmu tak akan terus berlayar
Suatu saat kau akan berhenti
Berlabuh pada dermaga kehangatan
Melukiskan selembar kenangan di antaranya
Dan aku tak akan pernah berhenti
Mengharap biduk itu berlabuh padaku
Memberikan keceriaan dalam hari-hariku
Mengukirkan gurat kebahagiaan
Bersamamu dalam sisa hidupku
Secarik kertas tergeletak begitu saja di atas mejaku. Sepenggal nama di bawahnya membuatku tak keruan. Aku terlalu naif, aku terlalu picik, seharusnya aku bisa membalas ketulusan itu. Dunia seakan menghujatku, duniaku mulai diselimuti kegelapan. Guratan rasa bersalah meracuniku. Tak seharusnya aku membiarkannya dalam kegalauan, aku harus memberinya sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang tidak akan membuatku menyesal. Maafkan aku, Alex, telah membuatmu menunggu selama ini.
“ Ris, ada yang mau kubicarakan.” Suara itu, menguak kembali luka-luka yang telah mengering. Susah payah aku menyembuhkannya.
“ Ada apa lagi Dan?” Jawabku tanpa memandang sedikitpun wajah itu.
“ Bisa ikut aku ntar sepulang sekolah? Kita harus bicara. Kamu nggak ada acara kan?”
“ Kita liat ntar aja yah…”
“ Aku tunggu kamu di parkiran. Temuin aku di sana.”
Dani, apa lagi yang mau dia lakukan. Belum cukupkah semua yang telah dia lakukan? Aku segera menepis semua pikiran buruk. Bagaimanapun juga, aku telah bersumpah tak akan mengingat kembali semua yang telah terjadi di antara kami. Apa yang akan akmi hadapi, tak adakaitannya dengan semua yang telah berlalu.
Putaran roda mobil Dani membawaku menyusuri keramaian kota. Jalan ini, pernah aku lalui sebelumnya. Menuju tempat yang tak akan pernah ku lupakan. Tempat di mana aku dan Dani mengikrarkan janji setia. Meski kenyataannya tak seperti yang telah kami ucapkan. Bukit itu masih tetap seperti dulu. Pemandangan alam di sekelilingnya masih tetap tak terusik. Aku segera menuju ke sebuah batang pohon. Di mana pernah ku ukirkan namaku di batangnya. Kenangan indah itu membuatku bimbang akan perasaanku.
“ Ris, aku mau mengulang kembali kisah kita.” Lirih suara itu menghentakkanku. Membuatku terbangun dari lamunan keindahan masa lalu. “ Aku sadar aku udah salah, aku udah nyakitin kamu. Aku udah ninggalin orang yang bener-bener sayang padaku. Aku terlalu bodoh.”
“ Tapi aku bukan orang bodoh, yang bisa menerima semua apa yang telah kau lakukan padaku.” Balasku masih menatap ke depan. Tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.
“ Kamu tau, apa yang ada di pikiranku sekarang?”
“ Aku tau, lebih tau dari apa yang kau tau. Aku sudah menyadarinya sejak tadi dalam perjalanan. Kamu membawaku ke tempat ini, untuk mengingatkan kembali akan janji-janji yang pernah kita ikrarkan.” Air mata mulai mengaliri kedua pipiku.
“ Sakit Dan, mengingat kembali apa yang telah terjadi. Mungkin aku terlihat tegar. Tapi, apa kamu peduli betapa hancurnya perasaanku? Sehingga dengan mudahnya kamu lakuin ini semua?”
“ Aku ngerti. Saat aku menyadarinya, aku menyesal udah lakuin semua itu ke kamu. Tapi, Ferra bukan cewek yang tepat. Aku salah udah milih dia buat ninggalin kamu. Bagiku, kamu tetaplah yang terbaik.”
“ Yang terbaik tidak akan selamanya menjadi baik. Yang paling burukpun bisa membaik. Kamu salah mengatakan semua itu. Aku udah menutup kisah itu, dan menguburnya dalam kenangan. Aku udah memutuskan untuk melupakannya.”
“ Aku sangat mengharapkanmu kembali, beri aku kesempatan.”
“ Aku telah mengunci kenangan itu, dan kunci itu telah hanyut bersama air mata. Udah waktunya aku membuka lembaran baru. Membuka pintu yang baru untuk yang lain. Maafin aku.”
“ Maksud kamu, udah ada orang lain di hati kamu sekarang?” Hanya anggukan pelan yang ku berikan sebagai jawabannya.
“ Siapa Ris, siapa dia?”
“ Seseorang yang lebih. Dan kelebihannya membuatku berpaling. Dan aku mau kamu urungkan niat kamu untuk kembali padaku.”
“ Kamu bercanda kan Ris?”
“ Apa aku keliahatan bencanda saat ini? Anterin aku pulang sekarang. Mamaku pasti udah cemas nyariin aku.”
“ Ok. Maafin aku.”
Sepanjang perjalaan tak ada percakapan di antara kami. Kebisuan ini menyesakkanku. Aku memikirkan kembali kata-kataku. Benarkah aku telah bisa menerima Alex di hatiku?. Semua ini terlalu rumit. Aku sendiri muak dengan diriku. Setibanya di rumah, aku segera turun dari mobil Dani dan buru-buru masuk ke rumah. Tanpa mengcapkan selamat tinggal.
“ Kamu baik-baik aja Ris?”
“ Alex, ngapain kamu di sini? Udah lama?.”
“ Tadi aku liat kamu pulang bareng Dani, aku takut terjadi apa-apa ama kamu, ternyata kamu nggak langsung pulang ke rumah. Aku nungguin kamu dari tadi. Aku khawatir banget Ris, kamu baik-baik aja kan?”
“ Aku nggak papa kok, makasih. Cuman capek ajah.”
“ Aku takut terjadi sesuatu padamu Ris. Aku nggak mau kalau kamu sampai terluka. Kamu tau kan, aku sayang banget padamu. Please Ris, kasih aku kesempatan untuk melindungimu. Melihatmu terluka seperti ini, aku nggak sanggup.”
Aku terhenyak. Kata-kata itu menyakitiku lagi. Air mata tak dapat lagi ku bendung. Aku menangis di hadapan Alex.
“ Kamu nggak tau apa yang aku rasakan. Aku takut, aku bimbang, aku sedih. Semua ini menyiksaku. Kamu tau itu? Please Lex, ngertiin aku, aku ada di posisi yang nggak tepat saat ini.”
“ Aku nggak mau, orang beranggapan, aku mau jalan ama kamu, cuman buat pelarian. Buat ngelarin sakit hatiku dari Dani. Aku nggak mau, Lex.”
“ Aku menyayangimu Ris, biarkan aku menyandingmu, merengkuhmu dalam dekapku, kan ku balut semua luka dihatimu, kan ku sembuhkan dengan hangat cintaku.” Ucapnya meyakinkanku.
Alex mendekatiku, merengkuhku dalam pelukannya. Entah kenapa, berada dalam dekapannya membuatku merasa nyaman. Dadaku yang terasa sesak kini mulai lapang. Dan tiba-tiba muncul rasa dalam diriku yang seakan merindukan kehangatan-kehangatan seperti yang sedang kurasakaan saat ini. Tapi tidak untuk saat ini. Maafin aku, Alex.

2 comments:

Anonymous said...

wew...kugh masih gantung bunda..
uz kpan is d buka....
hahahahha..

RiEriEcHan said...

emang sengaja dibikin ngegantung...
kalo happy ending, ato sad ending kan udah biasa...

hahahaha..

:P